KERAMAT DATU TANIRAN
Makam
Datu Taniran adalah tempat ziarah yang sering di kunjungi para umat muslim.
Makam Datu Taniran sangat terkenal di kalangan masyarakat Hulu Sungai Selatan,
bahkan sampai keluar daerah. Makam ini terletak di Desa Taniran, Kecamatan
Angkinang. Di samping makam tersebut ada sebuah mesjid yang bernama Mesjid As'sa addah.
Haji
Muhammad Thaib adalah nama asli dari Datu Taniran. Beliau juga bergelar Haji
Sa’duddin bin Haji Muhammad As’ad bin Puan Syarifah binti Al- alimul Allamah
Syaikh Haji Muhammad Arsyad Al-banjari. Sebagaimana diketahui Syaikh Haji Muhammad Arsyad
Al-banjari adalah ulama besar Kalimantan, pengarang kitab Sabila Muhtadin dan
Kitab-kitab agama Islam lainya, yang di baca dan di pedomankan dalam praktek
hidup beragama Islam di Kalimantan. Datu Taniran H.Muhammad Thaib di lahirkan
di kampung Dalam Pagar, Martapura di tahun 1194 Hijriah yang bertepatan dengan
1174 Masehi. Beliau sempat hidup dan bertemu Syaikh H. Muhammad Arsyad Al-banjari,
sebab pada tahun 1227 Hijriah ketika Syaikh H. Muhammad AryadAl-banjari wafat,
beliau berusia 33 tahun. Namun beliau tidak berada di Tanah Air ketika Syaikh H.
Muhammad Arsyad Al-banjari wafat, baru setelah 2 tahun mangkatnya Syaikh yang mulia
tersebut beliau kembali ke tanah air.
H.
Sa,duddin wafat pada usia 84 tahun. Guru besar ini telah mencurahkan dharma
baktinya terhadap agama, bangsa dan umatnya selama 45 tahun di Hulu Sungai. Setelah
berhasil mencetak ulama-ulama penerus yang tersebar di sekitar Hulu Sungai tempo
dahulu, maka pada tanggal 5 Shafar 1278 Hijriah atau sekitar 1858 Masehi beliau
berpulang ke Rahmatullah.
Sedikit Cerita
Tentang Wafatnya Datu Taniran
Tiga
hari menjelang kewafatannya, beliau mencuci kain kafan. Salah seorang sahabat
beliau yang bernama Ninggal mengatakan bahwa tuan akan pulang. Menurut
penuturan orang-orang tua yang sambung bersambung di kampung Taniran sini, pada
waktu jenazah almarhum di sholatkan, banyak sekali orang yang turut
melaksanakannya dan di antaranya ada terlihat tiga orang yang cukup menarik
perhatian. Tetapi tidak seorangpun mengetahui dari mana mereka datang dan
bagaimana cara mereka pergi. Setelah pemakaman, berdatanganlah segala jenis
burung dan selama tiga hari berturut-turut burung itu mengerumuni dahan dan
ranting pepohonan di sekitar kubur almarhum seakan-akan turut memberikan
ta'ziah dan menzirahi makam seorang mujahid dakwah, yang telah menunaikan
tugasnya seraya mengucapkan selamat sejahtera atas seorang hamba yang baik
sejak ia dilahirkan, hingga ia wafat dan ketika nanti ia di bangkitkan kembali.
Kita
sebagai masyarakat Hulu Sungai Selatan, hendaklah kita meluangkan waktu untuk
bisa berkunjung ke Keramat Datu Taniran sebagai tanda cinta kita sebagai
masyarakat Hulu Sungai Selatan. Demikian sedikit
cerita tentang tokoh mulia di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) yang cukup
dikenal berbagai kalangan baik di HSS sendiri maupun di Kalsel bahkan
Indonesia. Semoga banyak manfaat yang bisa diambil dari perjalanan beliau dalam
menyebarkan agama Islam di Banua tercinta.